1. Spesifikasi Teknis yang Kurang Jelas
Ini salah satu biang masalah paling umum. Banyak dokumen tender disusun seadanya tanpa detail teknis yang lengkap. Misalnya, tender alat medis tapi tanpa menyebut standar kualitas atau merek pembanding. Akibatnya, peserta tender menafsirkan spesifikasi dengan cara berbeda-beda — dan hasilnya bisa bikin pusing semua pihak.
2. Tidak Berdasarkan Kebutuhan Nyata
Kadang tender dilakukan bukan karena benar-benar butuh, tapi karena “sudah jadwalnya pengadaan tahunan”. Akibatnya, barang yang dibeli malah jarang dipakai, sementara kebutuhan penting lainnya justru belum terpenuhi.
3. Penilaian Peserta yang Kurang Objektif
Masih banyak tender yang hasilnya menimbulkan tanda tanya karena penilaiannya tidak transparan. Bisa jadi karena kurang paham aspek teknis, atau bahkan ada kepentingan tertentu di balik keputusan.
4. Dokumen Tender yang Tidak Lengkap
Kesalahan administratif sering kali dianggap sepele, tapi bisa fatal. Misalnya, dokumen tidak sesuai format LKPP, jaminan penawaran terlewat, atau lampiran penting tidak disertakan. Kalau sudah begitu, tender bisa langsung gagal di tahap awal.
5. Kurangnya Pengawasan Setelah Tender
Banyak yang mengira pekerjaan selesai setelah pemenang tender diumumkan. Padahal, tahap paling penting justru setelah itu: memastikan barang atau jasa yang diterima sesuai kontrak. Tanpa pengawasan, kualitas bisa menurun, dan hasilnya tidak seperti yang dijanjikan.